BANDUNG, KOMPAS.com – Perusahaan kendaraan listrik, PT Marlip Indo Mandiri memperkenalkan satu unit minibus listrik bernama Angklung (Angkutan Listrik Bandung) kepada Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, di Kantor Dinas Perhubungan Kota Bandung, Senin (4/8/2025). Angklung merupakan kendaraan listrik jenis minibus dengan dimensi panjang 520 sentimeter, lebar 163 sentimeter, dan tinggi 234 sentimeter. Mobil ini memiliki kapasitas angkut sebanyak 14 penumpang dan satu sopir. Dari pantauan Kompas.com, desain Angklung tampak lebih tinggi dan panjang dibandingkan minibus berbahan bakar fosil. Penumpang bisa masuk tanpa harus membungkuk. Di dalamnya terdapat 14 kursi dengan konfigurasi lima kursi menghadap ke depan, delapan ke samping, dan satu menghadap ke belakang.
Selain itu, Angklung dilengkapi fasilitas seperti mesin pembayaran elektronik, pendingin udara (AC), dan CCTV. Dalam kondisi baterai penuh, kendaraan ini mampu menempuh jarak hingga 200 kilometer.
Namun, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menegaskan bahwa kendaraan tersebut belum dibeli dan tidak ada komitmen resmi dari pemerintah kota untuk menjadikannya sebagai armada angkutan kota (angkot) pengganti. “Saya hanya perlu meluruskan berita yang beredar yang mengatakan bahwa pemerintah sudah komit untuk membeli ini. Itu sama sekali tidak benar. Ini adalah inisiatif dari teman-teman pengusaha angkot bahwa modelnya bisa seperti ini,” ujar Farhan kepada wartawan di Kantor Dishub Bandung, Gedebage, Kota Bandung, Senin sore. Farhan juga mengimbau agar para pengemudi angkot di Kota Bandung tidak bereaksi berlebihan atas kehadiran Angklung.
“Ini mah prototype. Kita belum pernah ada komitmen untuk membeli kendaraan ini. Jadi saya yakinkan kepada para pemilik dan juga para pengemudi angkot, belum ada rencana pergantian secara spesifik. Kita masih wacana membangun konsep integrasi kendaraan umum. Yang pasti kita akan melibatkan semua pemilik dan supir angkot,” ucap Farhan.
Ia menambahkan, Pemkot Bandung masih membuka peluang bagi perusahaan lain yang ingin mengajukan produk untuk program peremajaan angkutan kota. “Oh iya (masih terbuka kesempatan) karena hasil kesepakatan kita tadi bahwa masalah perhubungan di Kota Bandung tidak mungkin diselesaikan sendiri oleh pemerintah kota,” kata Farhan.